Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
.
Salah satu fungsi kurikulum ialah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum
memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan
beinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Kurikulum
sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni :
a.
Komponen Tujuan
Komponen tujuan adalah komponen yang bersumber
pada tujuan pendidikan nasional.
b.
Komponen Materi
Komponen materi adalah komponen yang berisi
bahan atau materi kajian pelajaran.
c.
Komponen Metode
Komponen metode adalah cara yang digunakan
untuk menyampaikan materi pelajaran.
d.
Komponen Organisasi
Komponen organisasi adalah organisasi
kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran terpisah, mata pelajaran, dan bidang
studi/pengajaran.
e.
Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi adalah komponen yang paling
terakhir yang berguna untuk mengevaluasi pelajaran. Komponen-komponen tersebut,
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama
dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran
.
1.
Karakteristik
Kurikulum 2013
Pelaksanaan
pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum 2006. Kurikulum
2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat
yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi
waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
e. Kompetensi
dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f. Kompetensi inti
kelas menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua
kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarMata
pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
2.
Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013
Prinsip-prinsip umum kurikulum dan
pengajaran adalah peserta didik diberi kesempatan mempraktekkan perilaku
menurut tujuan, pengalaman belajar memberikan kesempatan bagi peserta didik
menghadapi isi pelajaran, peserta didik memperoleh kepuasan menerima pelajaran,
level pelajaran dalam rentang yang dimungkinkan bagi peserta didik untuk
dilibatkan, pengalaman member hasil yang nyata, dan pembelajaran peserta didik
akan diperkuat, diperdalam, dan diperluas.
Dengan demikian pada prinsipnya kurikulum didesain untuk dapat diterima
oleh peserta didik dengan baik. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang
diharapkan terdapat maka dipeloleh 14 prinsip utama pembelajaran yang perlu
guru terapkan. Ada pun 14 prinsip itu adalah:
1.
Dari siswa
diberi tahu menuju siswa mencari tahu. Pembelajaran mendorong siswa menjadi
pembelajar aktif, pada awal pembelajaran guru tidak berusaha untuk
meberitahu siswa karena itu materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk
final. Pada awal pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap
suatu fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk
pertanyaan. Jika biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan
penyampaian informasi dari guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan
kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta
tertentu. Oleh karena itu guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu
pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan alat bantu
itu guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
2.
Dari guru sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber;
pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran
membuka peluang kepada siswa sumber belajar
seperti informasi dari buku siswa, internet, koran, majalah, referensi
dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah,
atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan
pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar
lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan
pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
3.
Dari
pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah. Pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar
tertulis sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa
hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks,
disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari lisannya, tulisannya,
geraknya, atau karyanya.
4.
Dari
pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi
Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas
dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan,
dan keterampilannya.
5.
Dari
pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu. Mata pelajaran dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang terpadu. Semua materi
pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan
kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama, serta menentukan karya utama
pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar beban belajar siswa dapat
diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak, serta
penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih yang
kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.
6.
Dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi. Di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak
tunggul. Siswa melihat awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan
melihatnya dari tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan
awan pada jam yang sama dari tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya
berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.
7.
Dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif. Pada waktu lalu
pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam bentuk
lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal, sekarang siswa harus
lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat siswa
melihat, meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan
mendengar, namun dengan menggunakan panca indra lainnya.
8.
Peningkatan
dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan
mental (softskills). Hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka
dalam bentuk pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangku
perkembangan sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa
keterampilan membacan, menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan
keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam
menghasilkan karya, sampai pada keterampilan berkomunikasi yang santun,
keterampilan menghargai pendapat dan yang lainnya.
9.
Pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar
sepanjang hayat. Ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini
untuk melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat,
dalam ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan
berpikir, bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan
untuk menyesusaikan dengan dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global.
Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun merupakan
aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun
bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.
10.
Pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani). Di sini guru
perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi teladan, meberi
contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan agama dan
prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi teman
belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan
pontensi dirinya secara optimal.
11.
Pembelajaran
berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Karena itu pembelajaran
dalam kurikulum 2013 memerlukan waktu yang lebih banyak dan memanfaatkan ruang
dan waktu secara integratif. Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam
kelas.
12.
Pembelajaran
menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan
di mana saja adalah kelas. Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa
tidak hanya dibatasi dengan dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar
adalah kelas besar untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang
belajar yang sangat ideal untuk mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan sistem yang terbuka.
13.
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran. Di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan
siswa untuk memanfaatkan TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni
siswa dapat belajar dari siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat
menguasai TIK sebabab mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak
siswa tetap akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika
sekolah tidak memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada
siswa yang memeroleh pelajaran menggunakannya.
14.
Pengakuan
atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa. Seperti cita-cita,
latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah, cara pandang,
cara belajar, cara berpikir dan keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh karena
itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang
potensial dan indah jika dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur
keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh
menurut potensinya masing-masing dalam kolobarasi kelompoknya.
Tamiya Let's N Go